Bahasa Minangkabau adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia dari Sumatera Barat, yang keberadaannya cukup populer dan tersebar di seluruh daerah di tanah air. Tak heran bila kamu akan sering mendengar Dialog Bahasa Padang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika berada di tempat umum seperti pasar, kampus atau mall.
Hal ini tidak terlepas dari tradisi turun-temurun di Minangkabau yang masyarakatnya suka merantau, sehingga obrolan bahasa Padang atau Minang ini akan sering kita jumpai. Cara berkenalan dengan bahasa Padang atau Minangkabau memang tak ada ubahnya dengan bahasa lain dari ceritapadang, namun yang berbeda tentulah suku katanya.
Adab atau Tata Cara Berkenalan dengan Orang Minang
Berkenalan dengan orang bersuku Minang secara langsung maupun online, sebenarnya tidak ada ubahnya dengan orang lain pada umumnya. Tentunya, kita pasti menjaga tata krama dan kesopanan dalam bertutur, menghormati setiap orang meskipun kita belum tahu status sosial mereka.
Berikut ini adalah adab atau tata cara berkenalan dengan orang minang yang perlu diperhatikan, dalam rangka menjaga perasaan lawan bicara agar tidak tersinggung atau merasa ilfil.
- Jangan memanggil orang Minang yang belum dikenal dengan sebutan “Kamu” / “Anda”, namun panggillah dengan sebutan “Abang”, “Om”, atau panggilan akrab lainnya seperti “Bos”, “Bro” dan sejenisnya.
- Jika berpaspasan, sapalah sembari menganggukkan kepala dan dibarengi dengan senyum
- Jika orang yang dijumpai dirasa jauh lebih muda, maka panggillah dengan sebutan “Adek”, ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai.
Contoh Percakapan Bahasa Minang dan Artinya
Ada banyak jenis Bahasa Minang yang hampir berbeda di setiap daerahnya di Sumbar. Memang tidak terlalu signifikan, namun logat dan beberapa suku katanya berbeda. Tetapi secara umum, dan juga yang paling banyak dikenal atau dijumpai adalah Bahasa Padang. Nah, di sini akan saya jabarkan beberapa contoh percakapan bahasa Minang dan artinya saat berkenalan.
Perkenalan Nama
Ketika berjumpa orang baru, hal pertama yang akan dilakukan adalah menyapa, kemudian memperkenalkan nama. Ini adalah hal yang wajib, karena tidak mungkin kita akrab tanpa tahu nama orang tersebut. Hal ini akan sering terjadi, misalnya ketika memulai sekolah di instansi yang baru, bersua kolega dan sebagainya. Jika orang tersebut berbahasa Minang, maka cara memperkenalkan nama adalah sebagai berikut:
(A) : Salam kenal, sanak, Namo awak Andi, awak dari Bogor.
[Salam kenal, kawan, nama saya Andi, saya dari Bogor].
(B) : Salam kenal juo, sanak, Namo awak Irfan, awak barasal dari Payokumbuah.
[Salam kenal juga, kawan, nama saya Irfan, saya berasal dari Payakumbuh].
Keterangan :
- Sanak = Dalam bahasa Minang, “Sanak” diartikan sebagai “Saudara”, namun lebih dipakai sebagai panggilan akrab ketika bertemu orang baru, sehingga maknanya menjadi “Kawan / teman”.
- Awak = Suku kata ini memiliki beberapa arti, namun ketika berkenalan, dipakai untuk menyatakan “Saya” dalam konteks kesopanan. Karena jika memakai “Aden”, kedengarannya cukup kasar. Selain memakai “Awak”, kamu juga bisa menggunakan kata “Ambo”.
Menanyakan Status dan Usia
Setelah menanyakan nama dan asal, berikutnya biasanya kita akan membahas soal status dan usia. Meskipun terdengar agak privasi, namun ini penting juga. Kenapa? Karena setelah mengetahui status dan umur, maka kita bisa memanggil orang tersebut dengan sebutan yang pas dan sopan, misalnya bila dia lebih tua atau lebih muda. Berikut, Percakapan Perkenalan Dalam Bahasa Minang saat bertanya status:
(A) : Kini ko, sanak masih bujang atau alah bakeluarga?
[Sekarang ini, kamu masih lajang atau sudah berkeluarga?]
(B) : Awak masih bujang, alun bakeluarga lai. Sanak ba’a?
[Saya masih lajang, belum berkeluarga. Kamu gimana?]
(A) : Ooh masih bujang, kalau awak alah bakeluarga sanak, alah duo urang lo anak awak. Umua sanak bara kini?
[Ooh masih lajang, kalau saya sudah berkeluarga, anak saya sudah 2 orang. Usia kamu berapa sekarang?]
(B) : Ndehh, coitu yo bang. Kalo umua wak baru 22 tahun, sadang kuliah di UNP Padang. Kalo umua Abang bara kini tu?
[Ooh begitu ya bang. Kalau usia saya baru 22 tahun, sedang kuliah di UNP Padang. Kalau usia Abang berapa sekarang tuh?]
(A) : Umua Wak alah 31 tahun, diak.
[Usia saya sudah 31 tahun, dek].
Keterangan:
Ada beberapa hal pada percakapan di atas yang menyelipkan suku kata tanpa arti, namun berupa ekspresi khusus. Selain itu, ada pula perubahan panggilan setelah mengetahui usia dari masing-masing mereka. Berikut penjelasannya:
- Bujang = Dalam bahasa Minang, bujang diartikan sebagai “Lajang”. Istilah panggilan “Anak Bujang” ditujukan bagi mereka yang masih single / lajang. Sedangkan untuk wanita, panggilannya “Anak Gadih” atau Anak Gadis.
- Ndehh = Istilah “Ndehh” ini umumnya diucapkan ketika seseorang merasa terkejut / kaget atau merasa “Wah” terhadap sesuatu hal yang didengar atau dilihatnya. Dalam konteks percakapan di atas, si-B mengucapkannya ketika dia tahu bahwa usia lawan bicaranya jauh lebih tua dari dia.
- Panggilan Berubah = Setelah mengetahui usia masing-masing, panggilan satu sama lain menjadi berubah. Si-B langsung memanggil “Abang” terhadap si-A karena usia, dan si-A memanggil “Adek” karena jauh lebih tua.